Day 08 - A moment
Memilah-milah moment apa yang ingin saya share ternyata tidak mudah.
Untuk mengulik pun terlalu berkesan. Dari yang travelling, social
experience, education journey, met with many kind people, hingga
kejadian terabsurd pun adalah moment yang masih terekam rapi dalam
ingatan.
Tapi, yang sampai saat ini masih melekat dan mengubah
hidup saya adalah ketika memutuskan untuk berhijab. Yah, it’s my amazing
moment.
Honestly, pertama kali berhijab adalah ketika duduk di
bangku kelas XI SMA. Waktu itu saya aktif di kegiatan SKI pada divisi
mading dan publikasi yang bertugas setiap minggu mengumpulkan artikel
atau tema tertentu untuk mading dan majalah SKI, secara tidak langsung
saya diperkenalkan lebih dalam pemahaman tentang islam dan jati diri
seorang muslim. Menutup aurat adalah kewajiban. Ini juga merupakan
nadzar ‘jika berhasil lolos magang di PT. PAL, saya akan berhijab’.
Karena waktu itu seleksi dan syaratnya ketat untuk bisa magang di
perusahaan kapal tersebut. Akhirnya saya lolos dan mulai berhijab..
Pada
masa itu yang saya rasakan biasa saja. Tidak ada gemuruh cacian atau
sindiran apapun terhadap saya. Anteng, dan lingkungan saya mendukung.
Saya berusaha menempatkan diri dilingkaran positif. Tidak berbeda jauh
dengan sebelum saya berhijab. Saya masih bisa jadi pengibar bendera,
ikutan lomba dance, gabung di jiu jitsu. Hijab tidak membatasi apapun.
Kondisi ini bertahan hingga kelulusan.
Tak berlangsung lama dari
jeda kelulusan. Saya balik seperti semula, melepas jilbab. Alasan waktu
itu karena saya masih terlalu labil. Gelora keremajaan saya waktu itu
menggebu. Ingin dandan seperti ini dan itu misalnya, rambut ingin
seperti model iklan shampoo, sangat ingin terlihat eksis. Apalagi masuk
dibangku kuliah yang lingkungannya anak-anak hits. Meskipun hanya
sanggup berdandan casual tetap saya tidak ingin dikalahkan (jiwa anak
muda banget nih), ketika yang lain berdandan borjuis memakai merk dan
make up mahal yang bisa saya andalin adalah…..*apa ya. Saya tukang
debat, adu argumen dan penghuni perpus. Sudah titik.
Pada suatu
hari pada pekan mahasiswa baru, saya berkenalan dengan banyak teman.
Saya mengajak teman untuk sholat dimasjid. Namun begini responnya “lho,
kamu Islam ta? Sumpah kukira kamu non muslim, kamu oriental looking sih
sipit seperti chinese”. Saya terdiam, itu candaan yang gak lucu. Saya
menyadari saya sudah kehilangan identitas seorang muslim. Hari-hari
berikutnya ternyata banyak teman yang mengira saya non muslim. Sedih.
Tapi saya tak ambil pusing.
Kehidupan kuliah saya tak terlepas
dengan masalah cinta remaja. Saya berbaur dengan banyak orang dari kelas
sebelah, kampus sebelah, komunitas ini itu. Dan menyadari ada beberapa
orang yang mendekati saya, semuanya non muslim. Jujur, saya orang yang
keep banget masalah agama, karena menurut saya agama itu privacy. Ibadah
kita ga perlu diomongin atau diperlihatkan ke orang-orang bukan?
-
Sampai
pada titik dimana saya merasa terasingkan, menyesal sekali,
berhari-hari saya mencoba berintropeksi, mencari pembenaran, menguatkan
mental sekali lagi, menguraikan jati diri. Dan fix..saya berhijab. Tidak
peduli resikonya.
Tepat awal semester 7 mata kuliah Pengauditan
PDE untuk kali pertamanya saya masuk ke kelas dengan berhijab. Terdengar
disana banyak yang bilang gak cocok, gak pantes, saya mualaf lah…ada
yang jaga jarak karena sudah gak asik. Bahkan ada yang kubilang teman
special pun menjauh, teman yang enak banget diajak tukar ilmu juga.
Hanya teman sejatilah yang mendukung dan menerima perubahan saya.
Saya
secara fisik memang dilahirkan memiliki mata sipit dan oriental looking
dan ini takdir yang tidak bisa dirubah. Tapi saya secara konsep bisa
diarahkan kemana ingin bergerak, jalan mana yang dipilih, keputusan
seperti apa yang akan diambil.
Sungguh Maha Benar Allah, hijab
adalah identitas seorang muslim. Ketika tidak/belum berhijab jangan
salahkan asumsi orang-orang tentangmu. Allah maha pembolak balik hati.
untuk yang saat ini sudah dan atau akan berhijab. Semoga istiqomah.
*Tulisan ini tidak bermaksud rasis
#RizaDenyChallenge #Challenge30days #PindahandariTumblr
Komentar
Posting Komentar